-->

Sejarah dan Perekonomian Mesir

Asal Usul Mesir Kuno


 Mesir kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian Timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat sepanjang pertengahan hingga hilir Sungai Nil yang mencapai kejayaannya pada sekitar abad ke-2 SM. Peradaban bangsa Mesir sangat bergantung pada kesuburan Sungai Nil. Dengan adanya sungai Nil masayarakat Mesir bisa mengolah tanah dengan persediaan air yang banyak dan tidak bergantung kepada musim penghujan.  Lembah sungai Nil yang sangat subur mendorong masyarakat berprofesi sebagai petani. Air sungai dimanfaatkan sebagai irigasi dengan membuat sebuah saluran air untuk mempermudah mengairi lahan mereka.
Bangsa Mesir kuno sangatlah dipengaruhi oleh lingkungan alam dimana mereka hidup. Keadaan alam Mesir menjaga negara tersebut terhadap serangan dari luar secara sempurna. Mesir dikelilingi oleh gurun pasir, pegunungan dan lautan di semua sisi wilayahnya. Bangsa Mesir sendiri menjadi terisolasi dari dunia luar karena faktor-faktor alamnya tersebut.
Secara garis besar keadaan pemerintahan raja-raja Mesir dibagi menjadi tiga peradaban, yaitu:

1.      Masa kerajaan Mesir Tua (2660-2180 SM)

Permulaan peradaban Mesir yang berlangsung semenjak tahun 4500 SM, awalnya Mesir dibagi menjadi dua daerah yang terpisah, dan masing-masing daerah sudah memiliki peradabn yang maju. Orang-orang Mesir Kuno tersebut mendirikan desa-desa, bercocok tanam dan berternak. Namun secara perlahan desa tersebut berubah menjadi kerajan-kerajan. Salah satunya adalah kerajaan Mesir atas (Upper Egypt) yang terbentang dari Aswan di ujung selatan sampai Memphis di utara. Kerajaan yang lainnya, yaitu Mesir Bawah (Lower Egypt) terdiri dari daratan-daratan di Utara kota Memphis, termasuk juga lembah Sungai Nil, yang alirannya berujung di laut Mediterrania. Kedua kerajaan tersebut biasanya di namai dengan Mesir Hulu dan Mesir Hilir.
Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir dan dimulailah zaman dinasti. Raja Menes merupakan raja dari Mesir Atas, Ia diberi gelar Pharaoh dan menjadikan kota Memphis sebagai Ibukota. Kerajaan Mesir Tua disebut juga sebagai Zaman Piramida karena pada masa inilah dibangun Piramida yang terkenal misalnya Piramida Sakarah dan Firaun Zoser.

2.      Masa kerajaan Mesir Tengah (1640-1570 SM)

Kerajaan Mesir pada masa Tengah dikenal dengan penerintahan ditangan Sesitris III. Ia berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Raja Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke bagian Selatan sampai Nubia (Ethiopia). Dalam perkembangan pemerintahannya raja-raja Mesir saat itu telah membangun istana dan kuil. Seperti yang dilakukan oleh Raja Ramses II, yang telah memebangun kuil Abu Simbel di Nubia, Ramesseum di Thebes, kuil-kuil di Karnal dan Abydos dan memperindah Pi-Ramesses. Kuil-kuil tersebut dibangun di dua wilayah pinggiran sungai Nil, yaitu bagian Timur dan Barat.
Selain membuat banyak kuil, Raja ramses II juga membangun patung berwujud dirinya yang besar di Luxor. Luxor merupakan bagian dari situs Thebes, Ibu kota Mesir kuno. Ramses II tertinggi kedudukannya pada masa Mesir kuno, monument-monumen dan patung-patung dirinya sejajar menggambarkan sejajar dengan para dewa dan Ramses II juga mengaku sebagai keturunan Dewa.

3.      Masa Kerajaan Mesir Baru (1570-1075 SM)

Sesudah diduduki oleh bangsa Hykos, Mesir memasuki zaman kerajaan baru atau zaman imperium. Disebut zaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah di Asia Barat termasuk Palestina, Funisia dan Syiria.
Dalam hal kepercayaan bangsa Mesir kuno, mereka percaya bahwa adanya kehidupan setelah kematian (reinkarnasi). Masyarakat mesir juga mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada beberapa dewa yang mereka sembah seperti dewa Ra yang disebut juga sebagai Dewa Matahari dan Amon yang berarti Dewa Bulan, kemudia disatukan menjadi Amon Ra. Sebagai pemujaan kepada Ra didirikan sebuah lambang Obselik yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obselik juga dipakai sebagai tempat untuk mencatat kejadian-kejadian pada saat itu.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi. Kepercayaan tersebut diyakini bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi, agar roh tetap hidup maka jasad menjadi lambang roh harus tetap utuh.
Kehidupan yang nyaman di Mesir membuat penduduknya menyukai kemewahan dan kesenangan, sangat berbeda dengan rekan sezamannya yaitu bangsa Summeria yang dikenal sebagai orang-orang yang sangat serius. Ketika orang-orang Sumeria masih menggunakan kulit domba, orang Mesir sudah belajar menenun linen tipis. Alih-alih menulis di lumpur, mereka telah menggunakan kertas lembut yang terbuat dari batang buluh papyrus. Keindahan seni mereka tak tertandingi di dunia, bahkan tulisan orang-orang Mesir dikenal mempunyai tulisan dengan seni. Papyrus merupakan kertas kaku yang dibuat dari buluh Papyrus. Orang Mesir mengikatkan lembaran menjadi gulungan perkamen. Tulisan hieroglif biasanya dipakai dalam bidang administrasi dan kegamaan yang dituliskan dengan tangan.
Dalam pandangan rakyat Mesir yang diperintah oleh Firaun, fakta-fakta sejarah tidak terlalu dianggap penting sehingga tidak terlalu dicatat, mereka lebih banyak menulisakan teologi atau keprcayaan mereka. Sumber prasati Mesir dengan catatan herioglif, para arkeolog telah menemukan dan menerjemahkan bahwa prasati tersebut berisi daftar raja, mitos, daftar tanggal dan kronik serya tradisi keagamaan. Fakta sejarah yang biasanya bercerita tentang kehidupan kerajaan.

  Penaklukan Arab terhadap Mesir

Para sejarawan Arab menyebutkan bahwa ide penaklukan Mesir itu muncul dari Amr bin Al-Ash yang pada masa jahiliyah sering datang kesana untuk memperdagangkan kulit dan inyak wangi. Amr bin Al-Ash mengumpulkan empat ribu pasukan, menurut sebagian pendapat, atau tiga ribu lima ratus pasukan menurut pendapat yang lain. Sebagian sejarawan menyebutkan bahwa Amr berangkat ke Mesir atau inisiatif sendiri dengan membawa 3.500 pasukan. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa ide ekspansi Islam ke Mesir berasal dari Khalifah Umar bin Al-Khattab.
Tampaknya, ide penaklukan Mesir muncul pertama kali ketika khalifah Umar bin Al-Khattab dating ke Jabiyah tahun 17 H/638 M untuk melakukan pengamatan terhadap perkembangan terakhir penaklukan-penaklukan Islam. Berdasarkan teks-teks di atas, diyakini bahwa, Amr bin Al-Ash adalah seorang panglima yang berkeahlian tinggi dan ahli politik yang memiliki cakrawala yang jauh mengetahui pentingnya penaklukan Mesir dari sisi militer, untuk meminimalisir tekanan bangsa Romawi terhadap kaum muslimin dari Utara dan Barat.
Dari segi politik, negeri Syam dan Mesir disatukan oleh kepentingan-kepentingan politik, militer, dan perdagangan. Ia memerangi pasukan Byzantium sekitar satu bulan sehingga berhasil membuka benteng. Disini, pasukan Amr terlibat dalam perang sengit dengan pasukan Byzantium yang berakhir dengan kekalahan pasukan Byzantium. Lalu, kaum Arab membuat perjanjian dengan rakyat Mesir yang dikenal dengan Perjanjian Benteng Babylon I tahun 19 H/640 M.
Setelah cahaya-cahaya Islam tersebar, rakyat Mesir berkesempatan menyaksikan Ibukota baru Islam pertama di tanah airnya. Dia lah kota Fusthat, kota yang layak dipilih karena geografisnya yang strategis. Bangunan pertama kali yang didirikan Amr adalah Masjid Jami’ yang dinamakan dengan namanya sendiri, Masjid Jami’ Amr bin Al-Ash. Masjid Jami’ ini merupakan pusat kendali pembangunan kota Fusthat dan pusat keagamaan yang penting diantara pusat-pusat pembangunan lain, dan jantung yang berdetak dalam kehidupannya. Masjid ini juga meiliki peran penting dalam kehidupan politik. Demikianlah Amr bin Al-Ash mendirikan pusat keagamaan, sosial dan pilitik di kota Fusthat.

  Ekonomi dan Politik Mesir

Pada pertanian, media, ekspor minyak bumi, ekspor gas alam, dan pariwisata, terdapat pula lebih dari tiga juta orang Mesir bekerja di luar negeri, terutama di Arab Saudi, teluk Persia dan Eropa. Sebuah populasi yang berkembang pesat, lahan pertanian terbatas, dan semua ketergantungan pada sungai Nil terus membebani sumber daya dan menekankan ekonomi peradaban Mesir.
Revolusi Mesir 23 Juli 1952 yang dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser berusaha untuk menumbangkan kekuasaan raja Farouk dan penguasa Inggris di Mesir. Dominasi kekuatan yang menggerakkan Revolusi Mesir 23 Juli 1952 berasal dari gerakan Free Officer (Perwira Bebas) dan Ikhwanul Muslimin, Revolusi ini sekaligus menandai berakhirnya pemerintahan monarki Mesir , beralih menjadi negara republic yang sarat akan modernism.
Mesir terbentuk Republik sejak 18 Juni 1953, Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulantan Indonesia. Mohammed Husni Mubarak telah menjabat sebagai presiden Mesir selama lima periode, sejak 14 Oktober 1981 setelah pembunuhan Presiden Mohammed Anwar el-sadat. Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidensial multipartai. Secara teoritis, kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana mentri namun dalam prakteknya kekuasaan terpusat pada presiden, yang selama ini dipilih dalam pemilu kandidat tunggal. Mesir juga mengadakan pemilu parlemen multipartai.
Pada akhir Februari 2005, presiden Mubarak mengumukan perubahan aturan pemilihan presiden menuju  ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya sejak 1952, rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih pemimpin dari berbagai kandidat. Pemerintah Mesir mengklai mengalami kerugian mencapai 1 miliar dollar AS per bulan sejak 25 Januari 2011. Pertumbuhan ekonomi tercatat anjlok berkisar hanya 2,5 persen tahun ini dan diperkirakan hanya naik 4 persen pada tahun 2012. Cadangan Mesir juga tercatat anjlok hingga 28 milliar dollar AS pada bulan April 2011, berbanding 35 milliar dollar AS pada era yang sama, yakni bukan April 2010.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sejarah dan Perekonomian Mesir"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel