Sejarah dan Perekonomian Mesir
Asal Usul Mesir Kuno
1. Masa kerajaan Mesir Tua (2660-2180 SM)
2. Masa kerajaan Mesir Tengah (1640-1570
SM)
3. Masa Kerajaan Mesir Baru (1570-1075 SM)
Penaklukan Arab terhadap
Mesir
Ekonomi dan Politik Mesir
Mesir kuno
adalah suatu peradaban kuno di bagian Timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat
sepanjang pertengahan hingga hilir Sungai Nil yang mencapai kejayaannya pada
sekitar abad ke-2 SM. Peradaban bangsa Mesir sangat bergantung pada kesuburan
Sungai Nil. Dengan adanya sungai Nil masayarakat Mesir bisa mengolah tanah
dengan persediaan air yang banyak dan tidak bergantung kepada musim
penghujan. Lembah sungai Nil yang sangat
subur mendorong masyarakat berprofesi sebagai petani. Air sungai dimanfaatkan
sebagai irigasi dengan membuat sebuah saluran air untuk mempermudah mengairi
lahan mereka.
Bangsa Mesir kuno sangatlah dipengaruhi
oleh lingkungan alam dimana mereka hidup. Keadaan alam Mesir menjaga negara
tersebut terhadap serangan dari luar secara sempurna. Mesir dikelilingi oleh
gurun pasir, pegunungan dan lautan di semua sisi wilayahnya. Bangsa Mesir
sendiri menjadi terisolasi dari dunia luar karena faktor-faktor alamnya
tersebut.
Secara
garis besar keadaan pemerintahan raja-raja Mesir dibagi menjadi tiga peradaban,
yaitu:
1. Masa kerajaan Mesir Tua (2660-2180 SM)
Permulaan peradaban Mesir yang
berlangsung semenjak tahun 4500 SM, awalnya Mesir dibagi menjadi dua daerah
yang terpisah, dan masing-masing daerah sudah memiliki peradabn yang maju.
Orang-orang Mesir Kuno tersebut mendirikan desa-desa, bercocok tanam dan
berternak. Namun secara perlahan desa tersebut berubah menjadi kerajan-kerajan.
Salah satunya adalah kerajaan Mesir atas (Upper Egypt) yang terbentang dari
Aswan di ujung selatan sampai Memphis di utara. Kerajaan yang lainnya, yaitu
Mesir Bawah (Lower Egypt) terdiri dari daratan-daratan di Utara kota Memphis,
termasuk juga lembah Sungai Nil, yang alirannya berujung di laut Mediterrania.
Kedua kerajaan tersebut biasanya di namai dengan Mesir Hulu dan Mesir Hilir.
Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah
Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir dan dimulailah zaman
dinasti. Raja Menes merupakan raja dari Mesir Atas, Ia diberi gelar Pharaoh dan
menjadikan kota Memphis sebagai Ibukota. Kerajaan Mesir Tua disebut juga
sebagai Zaman Piramida karena pada masa inilah dibangun Piramida yang terkenal
misalnya Piramida Sakarah dan Firaun Zoser.
2. Masa kerajaan Mesir Tengah (1640-1570
SM)
Kerajaan Mesir pada masa Tengah dikenal
dengan penerintahan ditangan Sesitris III. Ia berhasil memulihkan persatuan dan
membangun kembali Mesir. Raja Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke
bagian Selatan sampai Nubia (Ethiopia). Dalam perkembangan pemerintahannya
raja-raja Mesir saat itu telah membangun istana dan kuil. Seperti yang
dilakukan oleh Raja Ramses II, yang telah memebangun kuil Abu Simbel di Nubia, Ramesseum di Thebes, kuil-kuil di Karnal
dan Abydos dan memperindah Pi-Ramesses. Kuil-kuil tersebut dibangun di dua
wilayah pinggiran sungai Nil, yaitu bagian Timur dan Barat.
Selain membuat banyak kuil, Raja ramses
II juga membangun patung berwujud dirinya yang besar di Luxor. Luxor merupakan bagian dari situs Thebes, Ibu kota Mesir
kuno. Ramses II tertinggi kedudukannya pada masa Mesir kuno, monument-monumen
dan patung-patung dirinya sejajar menggambarkan sejajar dengan para dewa dan
Ramses II juga mengaku sebagai keturunan Dewa.
3. Masa Kerajaan Mesir Baru (1570-1075 SM)
Sesudah diduduki oleh bangsa Hykos,
Mesir memasuki zaman kerajaan baru atau zaman imperium. Disebut zaman imperium
karena para Firaun Mesir berhasil
merebut wilayah di Asia Barat termasuk Palestina, Funisia dan Syiria.
Dalam hal kepercayaan bangsa Mesir kuno,
mereka percaya bahwa adanya kehidupan setelah kematian (reinkarnasi).
Masyarakat mesir juga mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada beberapa dewa
yang mereka sembah seperti dewa Ra
yang disebut juga sebagai Dewa Matahari dan Amon
yang berarti Dewa Bulan, kemudia disatukan menjadi Amon Ra. Sebagai pemujaan kepada Ra didirikan sebuah lambang Obselik yaitu tiang batu yang ujungnya
runcing. Obselik juga dipakai sebagai tempat untuk mencatat kejadian-kejadian
pada saat itu.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan
pengawetan jenazah yang disebut mummi.
Kepercayaan tersebut diyakini bahwa manusia tidak dapat menghindari dari
kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi, agar roh tetap hidup maka
jasad menjadi lambang roh harus tetap utuh.
Kehidupan yang nyaman di Mesir membuat
penduduknya menyukai kemewahan dan kesenangan, sangat berbeda dengan rekan
sezamannya yaitu bangsa Summeria yang dikenal sebagai orang-orang yang sangat
serius. Ketika orang-orang Sumeria masih menggunakan kulit domba, orang Mesir
sudah belajar menenun linen tipis. Alih-alih menulis di lumpur, mereka telah
menggunakan kertas lembut yang terbuat dari batang buluh papyrus. Keindahan
seni mereka tak tertandingi di dunia, bahkan tulisan orang-orang Mesir dikenal
mempunyai tulisan dengan seni. Papyrus merupakan kertas kaku yang dibuat dari
buluh Papyrus. Orang Mesir mengikatkan lembaran menjadi gulungan perkamen.
Tulisan hieroglif biasanya dipakai dalam bidang administrasi dan kegamaan yang
dituliskan dengan tangan.
Dalam pandangan rakyat Mesir yang
diperintah oleh Firaun, fakta-fakta sejarah tidak terlalu dianggap penting
sehingga tidak terlalu dicatat, mereka lebih banyak menulisakan teologi atau
keprcayaan mereka. Sumber prasati Mesir dengan catatan herioglif, para arkeolog telah menemukan dan menerjemahkan bahwa
prasati tersebut berisi daftar raja, mitos, daftar tanggal dan kronik serya
tradisi keagamaan. Fakta sejarah yang biasanya bercerita tentang kehidupan
kerajaan.
Penaklukan Arab terhadap
Mesir
Para sejarawan
Arab menyebutkan bahwa ide penaklukan Mesir itu muncul dari Amr bin Al-Ash yang
pada masa jahiliyah sering datang kesana untuk memperdagangkan kulit dan inyak
wangi. Amr bin Al-Ash mengumpulkan empat ribu pasukan, menurut sebagian
pendapat, atau tiga ribu lima ratus pasukan menurut pendapat yang lain.
Sebagian sejarawan menyebutkan bahwa Amr berangkat ke Mesir atau inisiatif
sendiri dengan membawa 3.500 pasukan. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa
ide ekspansi Islam ke Mesir berasal dari Khalifah Umar bin Al-Khattab.
Tampaknya, ide
penaklukan Mesir muncul pertama kali ketika khalifah Umar bin Al-Khattab dating
ke Jabiyah tahun 17 H/638 M untuk melakukan pengamatan terhadap perkembangan
terakhir penaklukan-penaklukan Islam. Berdasarkan teks-teks di atas, diyakini
bahwa, Amr bin Al-Ash adalah seorang panglima yang berkeahlian tinggi dan ahli
politik yang memiliki cakrawala yang jauh mengetahui pentingnya penaklukan
Mesir dari sisi militer, untuk meminimalisir tekanan bangsa Romawi terhadap
kaum muslimin dari Utara dan Barat.
Dari segi
politik, negeri Syam dan Mesir disatukan oleh kepentingan-kepentingan politik,
militer, dan perdagangan. Ia memerangi pasukan Byzantium sekitar satu bulan
sehingga berhasil membuka benteng. Disini, pasukan Amr terlibat dalam perang
sengit dengan pasukan Byzantium yang berakhir dengan kekalahan pasukan
Byzantium. Lalu, kaum Arab membuat perjanjian dengan rakyat Mesir yang dikenal
dengan Perjanjian Benteng Babylon I tahun 19 H/640 M.
Setelah
cahaya-cahaya Islam tersebar, rakyat Mesir berkesempatan menyaksikan Ibukota
baru Islam pertama di tanah airnya. Dia lah kota Fusthat, kota yang layak
dipilih karena geografisnya yang strategis. Bangunan pertama kali yang
didirikan Amr adalah Masjid Jami’ yang dinamakan dengan namanya sendiri, Masjid
Jami’ Amr bin Al-Ash. Masjid Jami’ ini merupakan pusat kendali pembangunan kota
Fusthat dan pusat keagamaan yang penting diantara pusat-pusat pembangunan lain,
dan jantung yang berdetak dalam kehidupannya. Masjid ini juga meiliki peran
penting dalam kehidupan politik. Demikianlah Amr bin Al-Ash mendirikan pusat
keagamaan, sosial dan pilitik di kota Fusthat.
Ekonomi dan Politik Mesir
Pada pertanian,
media, ekspor minyak bumi, ekspor gas alam, dan pariwisata, terdapat pula lebih
dari tiga juta orang Mesir bekerja di luar negeri, terutama di Arab Saudi,
teluk Persia dan Eropa. Sebuah populasi yang berkembang pesat, lahan pertanian
terbatas, dan semua ketergantungan pada sungai Nil terus membebani sumber daya
dan menekankan ekonomi peradaban Mesir.
Revolusi Mesir
23 Juli 1952 yang dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser berusaha untuk menumbangkan
kekuasaan raja Farouk dan penguasa Inggris di Mesir. Dominasi kekuatan yang
menggerakkan Revolusi Mesir 23 Juli 1952 berasal dari gerakan Free Officer
(Perwira Bebas) dan Ikhwanul Muslimin, Revolusi ini sekaligus menandai
berakhirnya pemerintahan monarki Mesir , beralih menjadi negara republic yang
sarat akan modernism.
Mesir terbentuk
Republik sejak 18 Juni 1953, Mesir adalah negara pertama yang mengakui
kedaulantan Indonesia. Mohammed Husni Mubarak telah menjabat sebagai presiden
Mesir selama lima periode, sejak 14 Oktober 1981 setelah pembunuhan Presiden
Mohammed Anwar el-sadat. Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem
semipresidensial multipartai. Secara teoritis, kekuasaan eksekutif dibagi
antara presiden dan perdana mentri namun dalam prakteknya kekuasaan terpusat
pada presiden, yang selama ini dipilih dalam pemilu kandidat tunggal. Mesir
juga mengadakan pemilu parlemen multipartai.
Pada akhir
Februari 2005, presiden Mubarak mengumukan perubahan aturan pemilihan presiden
menuju ke pemilu multikandidat. Untuk
pertama kalinya sejak 1952, rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih
pemimpin dari berbagai kandidat. Pemerintah Mesir mengklai mengalami kerugian
mencapai 1 miliar dollar AS per bulan sejak 25 Januari 2011. Pertumbuhan
ekonomi tercatat anjlok berkisar hanya 2,5 persen tahun ini dan diperkirakan
hanya naik 4 persen pada tahun 2012. Cadangan Mesir juga tercatat anjlok hingga
28 milliar dollar AS pada bulan April 2011, berbanding 35 milliar dollar AS
pada era yang sama, yakni bukan April 2010.
0 Response to "Sejarah dan Perekonomian Mesir"
Post a Comment