Perumusan dan Penyebaran Proklamasi
Perumusan Naskah Proklamasi
Pemerintah kolonial Belanda membangun sebuah gedung,
Nama jalan gedung ini pada masa pendudukan Belanda, ialah Nassau Boulevard No
1, dan diubah menjadi Meijidcri pada pendu- dukan Jepang. Untuk selanjutnya
menjadi Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat pada sekarang ini. Gedung ini
bersamaan dengan dibukanya 'kota baru' Menteng. Pada 1920, saat kota Batavia,
sebutan Jakarta waktu itu, meluas ke arah selatan. Gedung yang kini diberi nama
Museum Perumusan Naskah Proklamasi memang pantas dilestarikan oleh pemerintah,
karena mempunyai nilai sejarah yang amat penting. Di tempat inilah pada malam
tanggal 16 Agustus 1945 bertepatan dengan 7 Ramadhan 1364 H. hingga menjelang
fajar keesokain harinya para pendiri negara ini merumuskan naskah proklamasi
kemerdekaan RI. Untuk kemudian diproklamirkan di kediaman Bung Karno di Jalan
Pegangsaan Timur (kini Jl Proklamasi) 56, Jakarta Pusat.
Situasi
kota Jakarta sendiri menjelang 17 Agustus 1945 benar-benar sangat mencekam.
Rakyat, terutama para pemu danya berada dalam semangat proklamasi. Para pemuda
dan mahasiswa yang mendengar bertekuk lututnya Jepang tanpa syarat pada 14
Agustus 1945 kepada Sekutu melalui siaran radio luar negeri, secara
berbisik-bisik dan berbagai cara lainnya telah menyebarkan kekalahan itu.
Akibatnya semakin banyak rakyat yang mengetahuinya, sekalipun kekalahan itu
selalu ditutup-tutupi oleh pemerintah militer Jepang.
Para pemuda dan mahasiswa inilah yang kemudian
mendesak Bung Karno agar segera mengumumkan kemerdekaan. Puncaknya terjadi pada
16 Agustus 1945 ketika mereka dibawah pimpinan Sukarni pukul 04.30 setelah
sahur menculik Bung Karno dan Bung Hatta. Bersama dengan Fatmawati dan Guntur
yang masih bayi, mereka membawanya ke Rengasdenglok, Kabupaten Kerawang, 75 km
sebelah timur Jakarta. Karena Bung Karno dan Bung Hatta tetap menolak, maka
proklamasi kemerdekaan gagal diumumkan di Rengasdenglok. Malam harinya, sekitar
pukul 22.00 sepulang dari Rangasdenglok, Bung Karno, Bung Hatta dan Mr Ahmad
Soebardjo datang ke rumah Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol 1. Maeda adalah
penghubung AL Jepang, yang bersedia bila kediamannya dijadikan tempat rapat
persiapan proklamasi.
Menurut
Bung Hatta ketika mereka tiba sekitar 40 sampai 50 orang telah berada di gedung
tersebut. Sedangkan di luar pekarangan banyak pemuda yang telah menunggu. Tapi
tampaknya, persiapan untuk merumuskan naskah proklamasi tidak berjalan lancar.
Karera Laksamana Maeda menyampaikan pesan dariGunseikan yang meminta
Bung Karno, Bung Hatta dan Ahmad Soebardjo datang ke kediaman Panglima Tentara
Jepang itu yang terletak di Jalan Madiun sekarang ini. Pertemuan di Gunseikan
sangat mengecewakan, karena pihak Jepang tidak memberikan izin untuk
memproklamirkan kemerdekaan Menurut pihak Jepang, sebagai tentara yang kalah perang,
negara nya harus taat pada keputusan sekutu untuk menjaga status quo di
Indonesia. Saking marahnya, Bung Karno dan Bung Hatta menyatakan bahwa Jepang
menyalahi janjinya.
Kemudian,
tanpa menghiraukan larangan pihak Jepang pada tengah malam buta mendekati 17
Agustus 1945, Bung Karno dan rombongan kembali mendatangi kediaman Laksamana
Maeda. Kepada Maeda, Bung Karno dan Bung Hatta menyatakan bangsa Indonesia
menolak dijadikan sebagai barang inventaris yang harus diserahkan Jepang kepada
sekutu. Dan mereka menyatakan siap untuk merdeka sekarang ini. Maeda kemudian
mengundurkan diri menuju kamar tidurnya dibagian atas, dan membiarkan para
pemimpirn bangsa Indonesia itu untuk mengadakan rapat. Di ruang tamu kediaman
Maeda inilah, pada pukul 03.00 dini hari, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr Ahmad
Soebardjo mulai mempersiapkan naskah proklamasi kemerdekaan. Kemudian ketiganya
menuju ke ruang makan dan duduk dimeja bundar yang bersebelahan dengan ruangan
tamu, diikuti Soediro (Mbah) dan BM Diah yarg duduk di ruang agak belakang.
Menurut Hatta, saat hendak membuat teks
proklamasi tidak seorang pun diantara mereka yang mempunyai teks resmi yang
dibuat tanggal 22 Juni 1945, yang sekarang disebut sebagai Piagam Jakarta.
Sedangkan rumusan teks proklamasi, menurut Bung Karno didapatnya dari seseorang
dengan memberikan buku catatan bergaris biru. Seperti yang ditulis Bung Hatta
dalam buku Sekitar Proklamasi", pada saat itu Bung Karno mengatakan
kepadanya: "Saya persilakan Bung Hatta untuk menyusun teks ringkas itu,
sebab bahasanya saya anggap yang baik. Setelah kita memperoleh persetujuan kita
bawa ke muka sidang lengkap yang sudah hadir di ruang tengah." Saya
menjawab: "Kalau saya mesti memikirkannya, lebih baik Bung menuliskan,
saya mendiktekannya,"ujar Hatta.
Setelah naskah
proklamasi selesai dibuat, Bung Karno dengan suara mantap kemudian membacakan
perlahan-lahan dan berulang-ulang kepada para hadiran yang sudah menunggunya di
ruangan tengah. Mereka serentak menyatakan setuju. Kemudian Bung Karno minta
Sayuti Melik untuk mengetiknya di ruangan bawah tangga dekat dapur, ditemani BM
Diah. Pada mulanya Bung Karno mengusulkan agar semua yang hadir ikut
menandatangani. Tapi atas usul beberapa pemuda, termasuk Sukarni, Chaerul
Saleh, dan BM Diah mereka mengusulkan agar Bung Karno dan Bung Hatta saja yang
menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia. Semula, konsep yang telah
disetujui itu tidak dapat langsung diketik karena di rumah Maeda tidak tersedia
mesin tik. Untuk itu Satzuki Mizhima, pembantu Maeda mengendarai jeep pergi ke
kantor militer Jerman untuk meminjam mesin tik. Waktu itu Jerman merupakan
sekutu Jepang dalam perang dunia ke-II. Setelah diketik, Sayuti Melik
meletakkan konsep naskah proklamasi tulisan Bung Karno begitu saja di meja,
tanpa terpikir sedikitpun betapa pentingnya teks itu bagi peninggalan sejarah.
BM Diah yang ketika hendak kembali ke kediamannya melihat teks itu tergeletak
di meja, lalu mengambilnya. Ia kemudian mencetak dan menyebarkannya. Kini
konsep tersebut disimpan di Arsip Nasional BM Diah dalam bukunya berjudul
"Butir-Butir Padi" menyatakan "Saya tak menyangka bahwa kertas
tersebut menjadi dokumen penting di kemudian hari.'"
Setelah naskah itu ditandatangani Soekarno-Hatta,
pukul 04.00 tanggal 17 Agustus 1945, timbul persoalan mengenai tempat proklamasi
kemerdekaan akan diumumkan. Mulanya diusulkan agar dilangsungkan di Lapangan
Ikada (Monas) Tapi untuk menghindarkan kemungkinan bentrokan antara massa
rakyat dengan tentara Jepang, maka proklamasi ke merdekaan akan di adakan di
kediaman Bung Karno, Pegangsaan Timur 56 (sekarang Gedung Pola) pukul 10.00.
Apalagi pihak Jepang sudah mencium rencana tersebut.
Detik-detik Pembacaan Naskah Teks Proklamasi
Pagi hari 17 Agustus1945, di kediaman Soekarno,
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.
Rencana
pembacaan proklamasi dijadwalkan dengan urutan sebagai berikut:
- Pembacaan proklamasi kemerdekaan
- Pengibaran bendera nasional "Merah Putih"
- Sambutan "Selamat Datang" oleh Walikota Mr. Suwiryo,
- Sambutan dr. Muwardi. Kepala Departemen Kcamanan (Sudiro, 1974: 39)
Pada
awalnya, Trimurti diminta untuk menaikkan bendera, namun ia menolak dengan
alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab
itu, ditunjuklah Latiet Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh
Soehoed untuk tugas tetsebut Seorang pemuda muncul dari belakang membawa nampan
berisi bendera Merah Putih (Sang Sake Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati
beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di
Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah
upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor
yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui
prubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno
mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat
singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan
Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang
selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan
Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di
tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MP3) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah
itu Soekarno dan M. Hatta terpilih atas usul dari Otto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
yang pertama. Presiden dan Wakil Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite
Nasional.
Penyebaran Proklamasi Kemerdekaan
1.
RRI
Jakarta: Mohammad Jusuf Ronodipuro
Sehari
sebelum pembacaan teks proklamasi oleh Bung Karno, yakni tanggal 16 Agustus
1945 sepanjang hari studio tersebut menyajikan acara hiburan. Begitu juga pada
pagi dan siang hari tanggal 17 Agustus 1945, acara yang terselenggara hanya
program hiburan. Sampai kemudian menjelang senja, ada wartawan dari kantor
berita Domei bernama Sjachrudin berhasil menyelundup ke studio melewati tembok
belakang dengan membawa teks Proklamasi. Waktu itu tinggal siaran dalam negeri
yang masih mengudara, sementara untuk siaran luar negeri sudah dilarang Jepang.
Namun, siaran dalam negeri juga mendapat penjagaan yang sangat ketat hingga
tidak mudah untuk menyiarkan naskah proklamasi. Tetapi, kawan-kawa dari bagian
teknik menghidupkan pemancar di luar bagian bagian siaran untuk luar negeri
yang tidak dijaga
lagi sebab sudah tidak ada siaran. Dengan cara tersebut, pada jam 19.00 saat
disiarkannya warta berita, naskah Proklamasi bisa disiarkan juga.
Naskah lengkap Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan oleh Jusuf Ronodipuro. Akibat siaran
itu, Ronodipuro beserta redaktur pemberitaan, Bachtiar Lubis ditangkap oleh
Kempeitai (Polisi rahasia Jepang). Mereka disiksa secara fisik bahkan hendak
dibunuh. Beruntung pada saat penyiksaan datang Tomobachi, pemimpin umum Radio
Jepang. Dia segera memerintahkan untuk
membebaskan kedua pegawai radio tersebut. Namun, dia juga memerintahkan agar
siaran radio dihentikan samma sekali.
Akibatnya,
Ronodipuro bersama teman-temannya yang dipelopori oleh Dr.Abdulrachman Saleh
mendirikan pemancar-pemancar gelap dengan nama Radio Indonesia Merdeka. Untuk
siaran luar negeri, radio itu memakai
pengenal diri “This is the voice of free Indonesia”. Letaknya di dua
tempat, yakni di Gondangdia (kini BNI 46) dan di Sekolah Kedokteran Salemba
Raya.
2.
Spanduk
dan pamflet
Spanduk dan pamflet tentang proklamasi
kemerdekaan dipasang di tempat-tempat strategis yang mudah dilihat masyarakat.
3.
Coretan
Secara
spontan banyak rakyat yang melakukan corat-coret di tembok atau gerbong kereta
api yang secara langsung dapat menjadi media pemberitahuan proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
4.
Dari
mulut ke mulut
Berita
proklamasi kemerdekaan disampaikan dari mulut ke mulut secara beranting. Salah
satu kelompok yang terkenal adalah kelompok Sukarni yang bermarkas di jalan
Bogor 7.
5.
Utusan
daerah
Pada
saat pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia, ada utusan dari daerah yang
mengikuti siding PPKI di Jakarta. Mereka diantaranya adalah Teuku Moh Hasan
dari Sumatera, Sam Ratulangie dari Sulawesi, I Gusti Ketut Puja dari Sunda
Kecil/Nusa Tenggara, Hamidhan dari Kalimantan, dan Latuharhary dari Maluku.
Pada saat utusan tersebut kembali ke daerahnya masing-masing, mereka
menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia kepada masyarakatnya.
6.
Utusan
ke luar negeri
Indonesia
juga mengirim utusan ke luar negeri untuk menyampaikan berita proklamasi
kemerdekaan. Diantaranya adalah Mr.L.N.Palar dan Mr.A.A.Maramis yang diutus ke
India untuk meminta dukungan Negara tersebut.
Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan. Dengan ikatan kebangsaan Negara Indonesia akan
membangun masyarakat dengan cita-cita luhur. Dibalik proklamasi kemerdekaan
kita juga perlu merenungkan makna apa saja yang dapat diambil dari peristiwa
tersebut, antara lain:
1. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia adalah wujud dari puncak kejayaan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Perjuangan panjang bangsa Indonesia menentang penjajah telah memakan
waktu, tenaga, dan pengorbanan yang tidak sedikit. Kemerdekaan yang telah
dicapai merupakan tahap akhir dari sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa
Indonesia dalam melawan penjajah.
2. Dengan
adanya kemerdekaan berarti bangsa Indonesia mendapat kebebasan. Bebas dari
segala bentuk penindasan dan penjajahan bangsa asing. Sebagai bangsa yang
merdeka dan berdaulat, maka bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk
menentukan nasib sendiri, bertanggung jawab dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
3. Dengan
proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka dimulailah sebuah revolusi baru.
Dikatakan revolusi karena terjadi perubahan yang mendasar dan cepat, yakni
pemindahan kekuasaan dari Negara jajahan ke Negara yang merdeka dan berdaulat.
Setelah itu dibentuk badan-badan kelengkapan Negara untuk menggantikan
perangkat-perangkat pemerintahan di zaman penjajahan.
4.
Proklamasi
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 merupakan berkah Allah yang Maha Kuasa dan
hasil perjuangan bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia bukan hadiah dari
Jepang sebagaimana yang dijanjikan. Kemerdekaan Indonesia dicapai melalui
perjuangan berat bangsa Indonesia dengan penuh pengorbanan baik jiwa, raga,
maupun harta.
5. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia merupakan jembatan atau pintu gerbang bagi bangsa
Indonesia untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur. Artinya, kemerdekaan
adalah satu fase sangat penting yang harus dilalui untuk kemudian meneruskan
perjuangan ke fase berikutnya.
0 Response to "Perumusan dan Penyebaran Proklamasi"
Post a Comment