Yuk Membaca Bambu Parhalaan! Kalender Unik suku Batak
Bambu Parhalaan atau Parhalaan adalah almanak atau kalender Batak. Kalender dibuat dari bambu yang ditulisi aksara Batak, dilengkapi dengan gambar-gambar symbol dari peredaran bulan. Parhalaan digunakan untuk meramalkan hari baik melaksanakan pesta adat, usaha, perkawinan, dan sebagainya.
Parhalaan berasal dari kata Hala, yang artinya kalajengking. Hala adalah binatang berbisa yang harus dihindari. Dalam pemetaan harii-hari menurut kalender Batak, “hala” berbentuk lambang yang melintang dalam kolom empat hari. Hari yang dihindarkan adalah pada notasi kepala Hala, punggung dan ekor, sementara pada bagian perut dianggap hari baik.
Dalam bambu Parhalaan juga terdapat data astronomi berkaitan dengan waktu terbit, dan tenggelamnya matahari dan bulan, gerhana, pasang surut dan sebagainya. Parhalaan mengamati pengaruh siklus bumi, matahari, dan bulan ini dengan istilah Pane Nabolon, yakni mengingatkan agar manusia bersikap baik kepada alam sehingga tidak berbenturan. Benturan dari reaksi sifat alam dengan sifat perilaku manusia dapat berdampak tidak baik. Sifat alam yang berakibat buruk kepada manusia dilambangkan dengan “mulut dan ekor kalajengking”. Hari sial ini ditemukan dua kali dalam sebulan selama empat hari. Dalam empat hari itu, hanya tiga hari yang dhindarkan dan satu hari dapat dimanfaatkan. Ketiga hari yang dihindarkan adalah pada posisi mulut, punggung, dan ekor. Satu hari yang dapat dimanfaatkan adalah pada posisi perut.
Bentuk kalender ini dibandingkan dengan kalender lainnya lebih sederhana, namun memiliki keunikan tersendiri, terutama penahan ruas bambu pada kalender ini terbuat dari tulang iga babi. Tulang babi tersebut memiliki dua sisi, pada sisi pertama tertoreh symbol binatang berekor, bergerigi, bercapit. Binatang itu adalah bentuk sederhana kalajengking (hala). Kalender Batak tidaklah semata artefak fisik budaya karena ia merupakan refleksi pengetahuan untuk penyelenggaraan kebudayaan Batak. Berbeda dengan Ulos, rumah adat, kuburan tua Batak, kalender atau penanggalan ini adalah manifestasi kesadaran orang Batak terhadap fenomena alam, perbintangan, gerak matahari, perjalanan bulan yang mengelilingi bumi. Keseluruhan ilmu yang dihasilkan orang Batak sering diistilahkan sebagai Pustaha (buku kulit kayu) yang berisikan pegangan bagi para datuk atau guru, yaitu para ahli ilmu ghaib. Penanggalan Batak adalah bagian dari isi Pustaha.
Kalender Batak biasanya terdiri dari 12 ruas bambu yang juga berarti 12 bulan dan setiap ruas memuat masing-masing 30 hari. Ruas bambu pertama terletak dipinggir kanan dan ruas bambu kedua terletak di pinggir kiri. Hal ini dapat dilihat dari torehan angka urut 1-12 dari kiri ke kanan. Karena parhalaan didasarkan pengitaran bulan mengelilingi bumi, satu tahun terdiri atas 12 bulan, masing-masing 30 hari sehingga keseluruhan hari berjumlah 360 hari.
Parhalaan mempresentasikan cara pandang pembagian tiga, yakni hari baik, hari buruk, dan wilayah antara yaitu hari yang ragu. Cara pandang trikotomis (dalihan natolu) merupakan refleksi system kepercayaan atau falsafah Batak terhadap alam kosmis. Karena Parhalaan merupakan pijakan penting untuk menentukan berbagai acara adat, dengan sendirinya termaktub pula system-sistem kepercayaan lain sehubungan dengan kaitan antara laki-laki dengan wanita, dominasi gender, keutamaan hierarki.
Meski di masa sekarang Parhalaan jarang dipergunakan, sebagai refleksi astronomi masyarakat Batak, pengetahuan untuk memahami dunia luar dengan dunia dalam adalah kekayaan khazanah ilmu pengetahuan local yang penting. Mungkin perlu dicatat bahwa kelompok Batak yang masih menggunakan kalender ini adalah kelompok Parmalim. Parmalim adalah aliran kepercayaan yang berdasar pada agama leluhur Batak.
- Pada hari atau mingggu dimana terdapat tanda kepala dan jepitan kalajengking menandakan kerugian mengadakan pesta besar. Demikian juga jika ada tanda perut ataupun ekornya. Dan jika ada bulatan berisi titik besar sebaiknya dihindari sebagai hari menikahkan anak perempuan ataupun anak laki-laki.
- Tanda klai dan bulatan (XO) diartikan sebagai saat yang baik untuk menerima uang dan menagih utang dari orang lain.
- Tanda H atau tanda satu disebut “simonggalonggal”. Pada hari dimana tanda itu ada, disarankan menghindari memasuki rumah untuk rumah yang baru selesai dibangun atau akan ditempati penghuni baru.
- Tanda kali (X) diartikan untuk memancing ikan, atau kalau mengadakan pesta disebut sebagai waktu yang baik untuk menyajikan pangupaon dengan ihan. Adapun dua bulatan menandakan buah atau disebut Ari Parbue dan dipercaya sebagai saat yang tepat untuk bertanam atau mengadakan pesta.
- Tanda Kail berdiri bermata dua dan juga V terbalik biasanya adalah hari yang dihindari untuk melakukan kegiatan, karena dipercaya membawa kerugian.
- hala (kalajengking) sungsang dengan symbol bagian kepala hala membarat juga disebut kurang baik.
- Lambang hala ke utara adalah hari matahari mati. Partilaha yang artinya sering terjadi kematian. Tanda getar suara juga hari yang dihindari, karena tanda itu berarti banyak suara-suara sumbang yang pro dan kontra dan oposan.
- Tanda bulatan kecil disebut Ari Na Ualu atau hari kedelapan. Menandakan atau dipercaya bahwa seorang suami akan kehilangan istri.
- Tanda XI disebut Ari pangugeuge atau hari yang kurang baik untuk berpesta akan tetapi sangat baik untuk berburu babi hutan.
- Tanda kotak hitam adalah hari Netral yang artinya tergantung baik buruknya pada niat dan keinginan manusia.
0 Response to "Yuk Membaca Bambu Parhalaan! Kalender Unik suku Batak"
Post a Comment