Historiografi Arab Pra Islam
Ayyam al-‘Arab
Ayyam al-‘Arab berasal dari bahasa
Arab yang berarti perang-perang antar kabilah-kabilah Arab. Di kalangan
masyarakat Arab Jahiliyah sering terjadi konflik antar kabilah karena
perselisihan dalam mencapai kepemimpinan, perebutan sumber-sumber air dan
padang rumput untuk pengembalaan ternak. Konflik itu seringkali menyebabkan
peperangan yang menumpahkan darah dan dikenal dengan Ayyam al-‘Arab yang secara
etimologis berarti hari-hari penting bangsa Arab. Disebut hari-hari penting
bangsa Arab karena peperangan itu berlangsung di siang hari, saat malam tiba
peperangan dihentikan sampai fajar menyingsing.
Peperangan antar kabilah-kabilah
Arab tidak pernah berhenti dan sudah menjadi tradisi. Oleh karena itu, konvensi
yang ditaati bangsa Arab saat itu adalah “pembalasan dendam” (al-akhz bi al
tsa’r) yang sudah menjadi hokum suci bagi mereka. Peperangan antar kabilah yang
terkenal antara lain:
1.
Perang
al-Basus
2.
Perang
Dahis dan al-Ghabra’
3.
Yawm
Fujjar
4. Peperangan
yang lebih kecil: yawm al-khazaz, yawm thakhfah, yawm uwarah I, yawm uwarah II,
yawm zhuhr al-Dahna’, Yawm kulab, yawm hawzah, yawm al-Liwa, dan lain-lain.
Peristiwa-peristiwa perang antar
kabilah-kabilah Arab ini diabadikan dalam banyak gubahan syair atau kisah yang
diselang-selingi dengan syair bertujuan untuk membangga-banggakan kabilah
terhadap kabilah-kabilah lainnya, syair tersebut diwariskan turun menurun
secara lisan.
Tradisi al-ayyam masih tetap
berlangsung pada awal kebangkitan Islam dan banyak mempengaruhi langgam
penulisan sejarah Islam pada masa berikutnya, terutama pada aliran Irak. Lalu,
apakah kisah-kisah al-ayyam itu merupakan ekspresi dari kesadaran sejarah? Yang
jelas, kisah-kisah al-ayyam pada prinsipnya lebih merupakan karya sastra
daripada karya sejarah.
Sebagai hasil karya sastra,
syair-syair yang terdapat dalam Ayyam al-‘Arab mempunyai ciri-ciri :
1. Al-madh
(pujian): memuji-muji kepahlawanan seseorang, terutama yang berasal dari
kabilah penggubah.
2.
Al-haja’
(hinaan): merendahkan kabilah musuh.
3.
Al-ghazl
(rayuan)
4.
Fanatisme
kabilah
Kumpulan kisah-kisah ayyam
al-‘arab memainkan peran penting dalam
perkembangan awal historiografi Arab Islam. Dia dapat digunakan sebagai sumber
sejarah yang sangat penting. Melalui kisah-kisah al-ayyam, kita dapat mengetahui
keadaan bangsa Arab dimasa sebelum Islam. Sebagai sumber sejarah, kumpulan
Ayyam al-‘Arab mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ilmu
sejarah di kalangan masyarakat Bangsa Arab setelah masa Islam.
Al-Ansab
Bentuk tradisi arab sebelum islam yang mengandung informasi sejarah lainnya
adalah alansab , Kata ini adalah jama dari kata nasab yang artinya
sillsilah/sanad/genealogy. Pada waktu itu orang orang jahiliyah arab sangat
sekali memperhatikan dan memlihara tentang nasab , karena pada zamannyacabang
pengetahuan ilmu nasab ini dianggap
sangatlah penting bagi setiap kabilah maka dari itu kabilah kabilah itu sendiri
menghafal silsilah anggota keluarganya agar tetap murni dan akan dibanggakan kpd
kabilah kabilah lain.
Nasab itu juga dikaitkan dengan syair , topoik topic utama syair arab
berkenaan dengan maasalah nasab , dan dengan syair syair itulah mereka
membangga banggakan kabilahnya masing masing yang berhubungan dengan masa
kejayaan dan kehormatan . derajat kehormatan itu diukur dari prestasi prestasi
yang telah di capai oleh nenek moyang mereka pada event al ayyam ( hari hari peperangan antar kabilah).
Dalam tradisi Arab ini mengandung perasaan
sejarah, namun tetap tidak di katakan sepenuhnya sebagai bentuk ekspresi
kesadaran sejarah. Ada beberapa alasan, di antaranya:
1. Pada masa sebelum Islam perhatian terhadap
genealogi itu belum mengambil bentuk tradisi tulis, karena orang-orang yang
memperhatikan nasab memelihara pengetahuan mereka dalam bentuk hapalan.
2. Hapalan tentang nasab yang juga merupakan
kisah sejarah itu, di dalamnya terdapat mitos-mitos dan dongeng tertentu yang
berkaitan dengan nasab bersangkutan.
3. Dengan adanya tradisi nasab ini penduduk Arab
Utara tidak sampai pada sejarah umum yang meliputi setiap kabilah. karena mereka
belum mengenal arti tanah air, di samping karena kehidupan mereka yang nomaden
itu tidak mempersatukan mereka ke dalam satu masyarakat.
4. Banyak pengetahuan nasab ini yang lenyap bila
tidak ada yang menghapalnya
Hapalan terhadap nasab-nasab ini sesudah Islam
mempunyai kedudukan sendiri dalam ilmu sejarah, meskipun Nabi mencegah umatnya
untuk membangga banggakan kabilahnya , nabi Muhammad bersabda ‘’ tidak ada
keutamaan pada diri seseorang kecuali karena ketaqwaannya kpd allah swt ‘’.
0 Response to "Historiografi Arab Pra Islam"
Post a Comment