-->

Seni Tari Zapin


Makna Tari Zapin

Kata Zapin mempunyai beragam tafsir yang semuanya berasal dari bahasa Arab. Masyarakat keturunan Arab di Bondowoso menghubungkan Zapin dengan kata Zafin yang berarti langkah atau melangkah, Zaf artinya alat petik berdawai 12, dan al-zafin artinya mengambil langkah atau mengangkat satu kaki. 

Diantara suku Melayu di Indonesia, kata Zapin mempunyai banyak padanan kata. Di Deli dan Riau disebut Zapin, di Jambi disebut dana sarah, dan di Lampung disebut Bedana. Di Jawa dan Madura, tari Zapin dikenal sebagai Zafin. Di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku dikenal sebagai Jepin atau Jepen. Dan di Nusa Tenggara dikenal sebagai dani-dana.

Wilayah perkembangan seni Melayu, atau dapat juga disebut dengan istilah “bentang-lahan”-nya, ternyata amat luas namun sekaligus terpencar. Di Indonesia kebanyakan terdapat komuniti penutur bahasa Melayu. Jadi, merekalah yang dapat diharapkan mewarisi segala ungkapan budaya Melayu, termasuk tari-tariannya karena mereka mendiami kawasan pesisir di berbagai pulau.Namun, dalam kaitan ini perlu juga diperhatikan bahwa ada sejumlah ‘pusat’ budaya Melayu yang ada di pedalaman.Di luar Indonesia pun kebudayaan Melayu dikenali juga keberadaannya, seperti di Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filiphina. Diantara daerah-daerah di Indonesia yang menunjukkan hidupnya kebudayaan Melayu dapat disebutkan: Aceh, Deli-Serdang, Riau-Siak-Inderagiri, Sumatera Barat, Keperinci, Palembang, Kalimantan Barat, Banjarmasin, Kutai, Betawi, Butun, Ternate, Bali, Lombok, Bima, serta pada orang-orang Bajau yang berpangkal huni di berbagai kawasan kelautan yang tersebar di Indonesia. Di daerah-daerah itulah, dimana sebentuk sastra Melayu telah tumbuh, dapat diharapkan juga terdapat bentuk-bentuk ungkapan tari Melayu tertentu, yang bergaya Zapin ataupun Joget. Mungkin pula di daerah budaya Melayu tertentu terdapat tarian yang mewadahi kebutuhan karakterisasi dalam suatu bentuk sendratari tradisional, khususnya dalam Makyong yang dikenal dalam budaya Melayu, ataupun teater Mendu dari Kalimantan Barat dan Mamanda dari Kalimantan Selatan.

Kesenian Melayu merupakan milik golongan etnik Melayu, yaitu satuan kemasyarakatan yang dibatasi oleh penggunaan bahasa Melayu.Sudah tentu ada hal-hal lain yang menjadi penanda budaya Melayu, seperti adat adat dan perangkat keupacaraannya, pakaian adat, serta ungkapan-ungkapan seninya.Batasan tersebut dalam kenyataan di lapangan ternyata amatlah longgar. Ciri budaya Melayu yang ditunjukkan oleh golongan etnik Melayu itu ternyata cukup bervariasi, mengikuti perbedaan tempat tinggal masyarakat pendukungnya. Pada umumnya, di masing-masing kawasan huniannya di pulau-pulau yang bisa berbeda itu, orang Melayu menyerap pula sedikit atau banyak pengaruh budaya tetangga terdekatnya, baik yang sama-sama tinggal di daerah pesisir maupun yang tinggal di daerah belakang (hinterland), atau pedalaman.

Daerah yang terdapat Zapin

Masyarakat yang mempunyai tradisi Zapin umumnya suku Melayu, sedang di Jawa, Madura, dan Nusa Tenggara hanya dikenal pada masyarakat keturunan Arab.Oleh karenanya dapat dibedakan antara Zapin Arab dan Zapin Melayu. Zapin Arab begitu melembaga dalam pengertian gaya dan music pengiring, sehingga dapat dibawakan oleh penari mana pun. Zapin Melayu sangat beragam. Di Sumatra contohnya, mempunyai Zapin Deli, Zapin Siak, Zapin Pulau Penyengat, Zapin Tembilahan, dan Zapin Palembang, semua berkait dalam pola tari dan music pengiring, namun berbeda dalam hal gaya.

Tari Zapin terdapat dihampir seluruh pesisir Indonesia, terutama di daerah-daerah yang pengaruh Islamnya kuat. Deli di pesisir timur Sumatra Utara, Kepulauan Riau,Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Pekalongan, Garut,Tuban, Gresik, dan Bondowoso di pesisir Jawa, serta Yogyakarta, Madura, NusaTenggara, seluruh daerah pesisir Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Seram, dan beberapa kepulauan Maluku, masing-masing memiliki ragam tari Zapin yang khas.

Keanekaan Teknik dan Gaya

Mengenai keanekaan teknik dan gaya menarikan Zapin itu, adalah Tom Ibnur yang telah pernah mempelajarinya dengan mengunjungi berbagai pusat kebudayaan Melayu di Indonesia untuk kemudian secara detail dapat membedakan antara satu gaya dan gaya yang lain. Kiranya dalam pendidikan seni di Indonesia keanekaragaman itu perlu mendapat perhatian yang cermat. Kemampuan untuk membedakan gaya dan teknik tari itu amat sangat penting justru bagi penumbuhan apresiasi yang mendalam secara lintas budaya. Memang ada saja kemungkinan bahwa suatu teknik dan gaya tertentu dapat dianggap sangat menarik oleh pihak-pihak lain sehingga ada kecenderungan untuk meniru dan mengadopsinya. Kalau hanya mempelajari untuk menambah perbendaharaan itu masih dianggap positif, namun jika peniruan itu dilakukan dengan mengorbankan gaya dan teknik milik awalnya sendiri maka itu dapat berakibat ‘penyeragaman’ yang dilihat dari sudut kekayaan khazanah tentulh merugikan.

Kekhasan Zapin dibanding dengan jenis-jenis tari lain tentulah pada pertamanya ada pada ritme dan temponya secara musical. Gerak tari Zapin menitik beratkan pada gerak kaki. Gerak isyarat tangan dan lengan bertindak sebagai penyeimbang dan mempunyai bentuk sendiri, seperti: mengayuh sampan, mengayun bebas, memegang bagian depan kemeja dengan satu tangan dan tangan lain di belakang, telapak tangan terbuka atau mengepal dengan jari telunjuk menunjuk dengan anggun. Di situlah terdapat peluang pengembangan berbagai variasi. Suatu aspek ekspresi seni lain yang dapat memberikan nuansa khusus dari suatu penyajian tari Zapin adalah teks dari lagu pengiringnya yang merupakan suatu ranah garapan tersendiri. Isi teks-teks itu dapat cenderung ke arah ajaran atau syi’ar agama (khususnya islam), bisa pula lebih ke arah etika pergualan secara umum ataupun pesan-pesan jenis lain. Namun, sudah tentu suatu penyajian tari Zapin dapat saja hanya diiringi music instrumental tanpa teks yang dinyanyikan.

Ø Zapin Arab

Zapin Arab (zafin hajjir marawis) berasal dari gendang marwas atau gendang hajjir berisi dua kepala sebagai pengiring. Kedua sisi gendang-marwas, bergaris tengah 15-20 cm, gambus dan hajjir, bergaris tengah 30-40 cm diberi selaput ketat dari kulit anak sapi atau kambing. Susunan nada dibawakan oleh seruling bamboo berlubang lima, madruf. Zafin hajjir marawis dimulai dengan julus, yakni sepasang penari pria berhadapan dengan pemusik. Ketika music dimulai, penari berdiri dalam sikap qiyam dan memberi hormat kepada pemusik dengan tangan diangkat dan telapak tangan dikatupkan.Mereka melangkah maju mundur bersamaan dengan music sambil menyesuaikan diri dengan irama dan tempo music.Ketika sudah menyatu dengan music, mereka bergerak membentuk angka delapan.Langkah dasar ini diulang setelah menyelesaikan langkah atau gerakan tari diikuti oleh tahtoh, yaitu gerak melangkah maju, ganti satu kaki ke belakang, kemudian berputar di tempat dan duduk dengan satu kaki diliipat.Gerakan berbentuk angka delapan diikuti langkah bebas, kemudian diulangi lagi. Tahtim yang sama dengan tahtoh, mengikuti setiap langkah tari. Tari berakhir dengan tahtoh penutup.

Ø Zapin Melayu

Zapin Melayu mempunyai banyak gaya dan langkah sesuai daerahnya. Pola tari serupa dengan tari Zapin Arab. Tari dibuka dengan: salam penghormatan yang dilakukan dengan berdiri, atau duduk (duduk sembah), diikuti langkah buka, langkah tari, tahtim, langkah tari, dan tahtoh penutup atau sembah penutup. Jumlah langkah tari yang digunakan masing-masing zapin tergantung si penari.

Zapin Melayu berbeda dengan Zapin Arab dalam hal penari menghadap penonton dan bukan pemusik. Langkah pembuka sederhana, hanya melangkah maju, berjingkat dengan kaki rapat setiap empat hitungan, menekan atau menyapu lantai dengan tumit, atau mengangkat satu kaki, berputar 180 derajat, kembali pada sikap semula dengan langkah sama, dan kembali berputar 180 derajat sehingga akhirnya menghadap ke penonton. Instrument music pengiring sama dengan Zafin Gambus.

Beberapa Zapin Melayu menggunakan peralatan tari, dan nama tarinya sesuai dengan nama peralatan tari tersebut. Teknik ini terutama masyhur di Kalimantan Barat tempat didapati tarian seperti Jepin tembung (tiang), Jepin Kerangkang (jala ikan), Jepin payung, dan Jepin selendang.

Waktu Pertunjukan

Zapin umumnya dipentaskan pada acara-acara tertentu, seperti khitanan, pernikahan, dan peringatan hari raya Islam. Pada awalnya para penari semuanya lelaki, menari berpasangan dengan mengenakan sarung, kemeja, dan kopiah hitam, atau teluk belanga dengan sesamping songket (sarung tenun songket benang emas) dan diikat kepala lacak atau destar. Zapin Arab tetap dibawakan oleh penari laki-laki, tetapi Zapin Melayu sekarang dibawakan juga oleh kelompok penari perempuan, atau lelaki dan perempuan.Penari perempuan mengenakan sarung songket, baju kurung atau kebaya panjang, dan selendang.Selendang mungkin dikenakan untuk menutupi rambut, diselempangkan menyilang dada, atau mengikat pinggang.Bila rambut tidak ditutupi, selendang disangkutkan pada sanggul dan dihias dengan beberapa sunting (hiasan penjepit rambut) atau bunga-bunga.

Masalah Kemutakhiran

Tari Zapin muncul sejak kedatangan pedagang Arab, Persia, dan India abad ke 13. Tari tersebut telah menjadi warisan budaya, akar pertumbuhan bentuk tari baru di Indonesia, suatu proses yang dipermudah oleh kekayaan bentuk Zapin, serta tuntutan improvisasi secara spontan ataupun secara terencana.

Tari Zapin modern dipentaskan di panggung, di lapangan terbuka, dan di sekolah dalam gaya dan bentuk berbeda. Dengan menemukan cara ungkap baru, gaya tari diperluas menjadi sebuah “karya” kreatif, sedang ditingkat desa tetap memenuhi peran tradisionalnya. Serta menghadirkan suatu kenyataan bahwa tari Zapin tidak hidup hanya dalam ‘kungkungan’ tradisi, tetapi juga sudah banyak digunakan untuk menjadi suatu bahan dasar atau bahan ‘tambahan’ dalam karya-karya cipta tari yang berancangan kontemporer. Karya-karya para koreografer, seperti Tom Ibnnur dan Suhaimi Magi menunjukkan bahwa karya-karya kontemporernya mengandung ‘jiwa’ Melayu tertentu, sebagai akibat dari penggunaan unsur-unsur estetik yang diambil dari khazanah ungkapan seni Melayu.

Dengan menimbang fakta ini maka perlu dibedakan dua ranah penggarapan baru terhadap tari Melayu, yaitu:
  1. Penggunaan unsur-unsur teknik dan estetik tertentu dari khazanah seni Melayu namun diolah secara bebas untuk menghasilkan komposisi yang unik dalam suatu karya kontemporer.
  2. Pengembangan khazanah ungkapan baru namun dengan tetap berada di dalam medan teknik dan rasa seni tradisi sebagaimana yang telah dikenal sebelumnya walaupun ragam-ragam ungkapan dapat baru.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Seni Tari Zapin"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel