Review Journal Sartono Kartodirdjo “Some Problems on the Genesis of Nationalism in Indonesia”
Dalam Jurnalnya, penulis meneliti tentang
sejarah Gerakan Nasional di Indonesia melalui berbagai aspek, yakni aspek
ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Selain itu, penulis juga memaparkan
tentang beberapa elemen-elemen atau unsur-unsur Nasionalisme.
Fakta bahwa kata "nasional"
digunakan dalam tulisan ini digunakan dengan tujuan untuk mencakup
keseluruhanitas tindakan yang berkaitan dengan pergerakan di semua bidang
kehidupan dengan tujuan tanpa tujuan untuk melawan kekuatan kolonial. Lebih
jauh lagi, istilah Gerakan Nasional mengacu pada keseluruhan proses genesis dan
pertumbuhan Nasionalisme Indonesia dalam manifestasinya sebagai organisasi nasionalistik
yang didasarkan pada kesadaran, sentimen dan keinginan bersama untuk
memperjuangkan kebebasan rakyat dalam kerangka negara kesatuan.
Penggunaan kata "nasionalisme" pada
tahap awal sejarah gerakan biasanya disertai dengan atribut kualifikasi, seperti
Nasionalisme Jawa, Nasionalisme Hindia, dan lain-lain dan baru kemudian istilah
Nasionalisme Nasional mulai dikenal.
Gerakan Nasional dapat dianggap sebagai aksi kelompok atau kegiatan
kolektif untuk menghadapi kondisi kehidupan dengan merespons sesuai posisi
kelompok. Situasi kolonial menciptakan tantangan bagi orang-orang jajahan yang
memusatkan aktivitas kolektifnya untuk membela diri dan berusaha mengubah
situasi ini. Hal ini berakibat pada kesadaran nasional, nasional serta
keinginan nasional yang terekspresikan dengan berbagai cara.
Gerakan Nasional di Indonesia dapat dianggap
sebagai generasi penerus dalam arti umum kata; Bukan hanya gerakan yang
dibatasi pada bidang politik, tapi juga meluas ke bidang ekonomi, sosial dan
budaya.
Ø
Aspek Ekonomi
Nasionalisme di negara-negara jajahan adalah reaksi
melawan isme kolonial, yang berasal dari sistem eksploitasi yang selalu
menimbulkan konflik kepentingan permanen. Penjajah telah menjalankan kekuatan
ekonomi dan politik yang sebenarnya untuk melindungi kepentingan eko-nya,
sehingga motif ekonomi menjadi dalam situasi kolonial sebagai faktor yang
mendominasi dalam menentukan keadaan hubungan antara kelompok sosial.
Gerakan nasionalis seperti Sarekat Islam, merupakan
manifestasi dari keinginan akan perdagangan. Meski predikat
"perdagangan" ditinggalkan dari nama organisasi sebelumnya, namun
yang paling utama adalah masih meninggikan kehidupan ekonomi masyarakat dengan
mempromosikan perdagangan dan melindungi kepentingan materialnya. Dasar
religius memperkuat tindakannya dan mempercepat penyebarannya; Di beberapa kota
bahkan tujuan ekonomi pun muncul kedepan.
Ø
Aspek sosial
Ketegangan sosial membawa pembentukan kelompok sesuai
stratifikasi dan diferensiasi baru. Dengan memperkenalkan sistem produksi dan
teknologi modern, pendidikan Barat dan organisasi pemerintah, masyarakat
kolonial dengan struktur semi feodal mengalami modernisasi dengan semua
perubahan sosial yang patuh. Ini berakibat pada melemahnya wewenang dan
prestise kelompok feodal, dan pengalihan kekuasaan ini ke kelompok intelektual
sebagai yang baru; pembentukan kelompok baru sesuai dengan fokus sosial baru
yang sedang berlangsung, terutama yang berkaitan dengan Gerakan Nasional.
Pembentukan Boedi Oetomo dapat dianggap
sebagai fakta sosial baru, yaitu bahwa selain penguasa asli sebagai pemimpin
tradisional dari orang-orang, pemimpin baru muncul yang melalui organisasinya
mulai memperhatikan kesejahteraan rakyat dan memperjuangkan peningkatan standar
kehidupan mereka. Pengaruh pendirian Boedi Oetomo terhadap penguasa pribumi,
yang lama, negatif, menyebabkan, oleh karena itu, periode pertumbuhan
organisasi ini yang panjang. Sebagai reaksi terhadap keinginan emansipasi di
kalangan massa rakyat, penguasa ini membentuk ikatan mereka sendiri, Bond of
Regents, yang melayani kepentingan mereka sendiri dengan cara yang khusus.
Boedi Oetomo diikuti oleh organisasi kemudian
seperti Muhammadiyah dan Taman Siswa. Terutama yang terakhir ini dapat dianggap
sebagai institusi dengan sistem pendidikan yang berfungsi dalam konteks Gerakan
Nasional sebagai kelompok yang berjuang untuk masyarakat bebas. Ide kebebasan
dan persatuan dijadikan prinsip panduan untuk pengajaran pedalaman, dengan
demikian menyatakan bahwa pendidikan difungsikan sebagai sosialisasi
nasionalisme. Pendirinya dengan adil menyatakan bahwa Pendidikan Nasional
adalah cara yang tepat untuk bekerja secara produktif agar dapat mencapai
kemerdekaan bagi masyarakat. Budaya asli berfungsi sebagai prinsip dasarnya.
Ø
Aspek Budaya
Gerakan budaya memperkuat kesadaran nasional
dan membentuk pelengkap gerakan ekonomi yang bertujuan untuk menciptakan
kehidupan ekonomi yang bebas bagi masyarakat. Gerakan nasional ingin membangun
sebuah budaya baru sebagai dasar bagi kehidupan baru dengan mengambil alih
unsur-unsur Barat. Renovasi ini dianggap sebagai sarana untuk mewujudkan
aspirasi politik, karenanya dalam menghadapi Budaya Barat, kaum nasionalis
menolak gagasan asimilasi dalam kerangka Belanda Raya.
Ø
Aspek Politik
Saat itu kekuatan politik diperlukan untuk memaksa
pemerintah kolonial memperhatikan kesejahteraan rakyat. Aspirasi politik, meski
belum secara eksplisit terbentuk, terbukti saat Boedi Oetomo didirikan. Dalam
bahasa sederhana disebutkan bahwa organisasi ini ingin berpartisipasi dalam
mengatur kehidupan masyarakat dan memperbaiki nasibnya. Sampai pemasangan Dewan
Rakyat (Volksraad) peraturan kolonial tidak mengizinkan organisasi untuk
melibatkan diri dalam usaha politik.Dengan berdirinya Volksraad, bagaimanapun,
keinginan politik dapat disalurkan secara resmi ke pemerintah kolonial. Namun,
pengalaman di dalam Volksraad menghasilkan keyakinan bahwa melalui
"kerjasama" kepentingan masyarakat tidak dilindungi sehingga kelompok
nasionalis menganggap jalannya kekuasaan rakyat sangat penting untuk mengambil
alih kekuasaan politik. Perumusan tujuan politik juga semakin ditentukan.
Perhimpunan Indonesia, sebuah organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda,
membuat analisis yang tepat mengenai hubungan kolonial dengan mengambil
resolusi bahwa Gerakan Nasional harus diarahkan ke Indonesia yang pendiam
sambil menolak kerja sama dengan penjajah.
Unsur-unsur Nasionalisme
Gerakan
Nasional dapat dilihat sebagai langkah sosial dimana totalitas organisasi
nasionalis membentuk kelompok yang memiliki kesadaran akan solidaritas
nasional, menyerang situasi konflik kolonial yang telah diciptakan oleh
kelompok luar. Yang paling penting untuk pengembangan kesadaran nasional ini
adalah unsur-unsur seperti penderitaan bersama, saat mengalami kolonialisme,
dan aspirasi bersama, untuk menciptakan lingkungan yang bebas untuk hidup.
Konseptualisasi metodologis nasionalisme
mungkin berasal dari sudut pandang nasionalisme sebagai fakta sosio-psikologis.
Sebagai tindakan kelompok manusia, tiga aspek dapat dibedakan:
a. Aspek kognitif mengacu pada pengetahuan tentang pengetahuan atau situasi;
dalam kasus kami yang melibatkan pengetahuan tentang situasi kolonial di semua
bagian pro-nya.
b. Aspek tujuan atau nilai orientasi mengacu pada
keadaan yang dianggap diinginkan oleh aktor yang bersangkutan; Dengan demikian,
dalam kasus kami, mereka dianggap sebagai tujuan untuk mencapai cara hidup yang
bebas dari kolonialisme.
c. Aspek afektif mengacu pada situasi yang memiliki makna yang menyenangkan atau menyakitkan
bagi para aktor. Berbagai jenis diskriminasi dalam masyarakat kolonial
melahirkan aspek-aspek afektif ini.
Historiografi penulis
Metode kronologis
tidak digunakan di sini karena terbatasnya cakupan makalah ini. Sebagai
gantinya, hanya beberapa aspek yang harus dijelaskan. Selanjutnya metode kronologis akan memberi gambaran
historis agar dinamika Gerakan Nasional dapat dilihat secara jelas sebagai
gerakan progresif. Lingkup makalah ini, bagaimanapun, tidak memungkinkan
penerapan metode semacam itu; Oleh karena itu, analisis beberapa aspek dengan
penggunaan beberapa konsep sebagai titik awal diskusi ini dimaksudkan
semata-mata sebagai pengantar beberapa masalah sejarah Gerakan Nasional di
Indonesia.
Gerakan
Nasional sebagai fenomena sejarah merupakan produk dari berbagai faktor seperti
ekonomi, sosial, politik, dan budaya, dengan segala keterkaitannya, sehingga
melibatkan kompleksitas dan multi dimensi. Penerapan pendekatan multidisiplin
ini akan memungkinkan kita untuk menjelaskan berbagai aspek Gerakan Nasional.
Oleh karena itu dapat dianggap sebagai gerakan ekonomi, sosial, politik, dan
juga gerakan budaya.
Penulisan sejarah nasionalisme sebagai sejarah
Gerakan Nasional biasanya memusatkan perhatian pada organisasi nasional yang
merupakan bentuk tindakan kelompok yang dilembagakan yang diarahkan oleh
komunitas kesadaran, sentimen, dan cita-cita.
0 Response to "Review Journal Sartono Kartodirdjo “Some Problems on the Genesis of Nationalism in Indonesia”"
Post a Comment