Historiografi Islam
A. Pengertian Historiografi
Historiografi diambil dari kata history dan grafi.
History yang bermakna Sejarah dan Grafi yang bermakna Deskripsi. Kata History berasal dari bahasa yunani yaitu
Istoria yang berarti ilmu.
Seiring dengan perkembangan zaman kata latin yang sama
artinya ialah “scientia” lebih sering digunakan untuk menyebutkan pemaparan
sistematis non kronologis mengenai gejala alam, sedangkan kata “Istoria”
diperuntukkan bagi pemaparan mengenai gejala-gejala, terutama hal ihwal
manusia, dalam urutan kronologis.
Tetapi Sejarah tak hanya terbatas pada pengertian “Masa
Lampau” saja. Menurut Taufik Abdullah ada empat hal yang membatasi peristiwa
masa lampau itu sendiri:
1.
Dimensi Waktu
2.
Menyangkut suatu peristiwa
3.
Menyangkut Tempat
4.
Pembatasan yang menyangkut seleksi.
Penjelasan pada point ke 4 ialah segala sesuatu yang
bersifat masa lampau itu tidak bisa semuanya dibilang sejarah. Sesuatu bisa
disebut Sejarah jika sudah diuji dan memiliki keterkaitan dalam konteks
historis, yaitu ketika kepingan-kepingan itu merupakan bagian dari suatu
proses, atau dinamika yang menjadi perhatian sejarahwan.
Jadi pengertian Historiografi ialah Usaha rekontruksi
peristiwa yang terjadi di masa lampau. Usaha untuk merekontruksikanya itu ialah
dalam bentuk penelitian, maka dari itu seorang sejarahwan ketika ingin menulis
sejarah harus melalui proses penelitian.
Dalam proses penelitian itu dibutuhkan kemampuan untuk
mencari, menemukan dan menguji sumber, Sedangkan dalam penulisannya dibutuhkan
penyusunan fakta-fakta, yang berifat fragmentaris itu ke dalam uaraian yang
sistematis, utuh, dan komunikatif.
Ketika seorang sejarahwan dapat menulis sejarah secara
baik dan benar maka
pertanyaan yang bisa dijawab bukan saja pertanyaan dasar
seperti “Apa, Siapa, Dimana dan Apabila” namun ia juga bisa menjawab pertanyaan
yang berbentuk “bagaimana” serta “mengapa dan apa jadinya”
Jika kita lihat pertanyaan yang berbentuk “bagaimana” ini
merupakan sesuatu rangkuman dari apa yang telah kita teliti atau secara teknis
bisa disebut sebagai historical
explanation.Sedangkan “mengapa dan apa jadinya” yang menyangkut masalah
kausalitas adalah hasil yang diharapkan dari studi sejarah.
Untuk itu Sejarahwan berhadapan dengan
persoalan-persoalan seperti:
1.
Sumber Sejarah
2.
Menentukan sumber yang konkrit
3.
Bagaimana menuangkannya ke bentuk tulisan
Pengerjaan ilmu sejarah tidak hanya menuntut kemampuan
teknis dan wawasan teori tetapi juga integritas yang tinggi maksudnya ialah
menjadi seorang sejarawan harus OBYEKTIF.
Perlu kita ketahui
sumber sejarah digolongkan menjadi 3 bagian besar:
1.
Sumber tertulis
2.
Sumber material
3.
Sumber tradisi
Perlu kita kaji juga apakah sumber diatas juga memiliki
unsur kesengajaan atau tidak? maksudnya ialah dalam pembuatan sumbernya.
Sumber juga dapat
digolongkan menjadi dua ialah:
1.
Sumber primer ( sumber utama )
2.
Sumber sekunder ( sumber tidak langsung )
Dalam penulisan sejarah jika sumber primer sudah musnah
atau tidak ada maka akan beralih ke sumber sekunder.
B. Faktor-faktor Pendukung
Perkembangan Penulisan Sejarah dalam Islam
Perkembangan ilmu sejarah selaras dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dalam dunia peradaban Islam. Bahkan, dalam sejarah politiknya, umat Islam
pernah menguasai semua semenanjung Arab, Asia Tengah, bahkan sampai ke Eropa
bagian selatan dan sekitarnya. Kenyataan itu menunjukkan dengan dikuasainya
berbagai wilayah itu dunia Islam telah mencapai taraf peradaban yang sangat
tinggi dalam bidang keilmuan.
Peradaban tinggi itu tentu tidak
dicapai dengan mudah oleh dunia Islam. Perlu satu abad lebih bagi dunia Islam
mencapainya. Dunia keilmuan Islam mencapai puncaknya saat memasuki babak Daulah Abbasiyyah. Pada saat itu,
berbagai literatur Yunani kuno banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
khususnya Filsafat. Banyaknya penerjemahan literature tersebut agar bisa
memudahkan para akademisi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam dunia
Islam.
Semangat penerjemahan tadi menjadi
budaya dalam dunia Islam karena hal tersebut tercantum dalam Al-Qur’an. Bukan
hanya menerjemahkan literature kuno, cendekiawan Muslim juga meneliti dan
mengembangkan ilmu tersebut dan mengaitkannya dengan nilai-nilai Islam. Maka
dengan itulah, muncul berbagai ilmu baru. Ilmu sejarah salahsatunya.
Pada saat itu, tidak ada bangsa
apapun yang mampu menulis karangan tentang sejarah sehebat cendekiawan Muslim.
Hebatnya cendekiawan muslim dalam mengarang ribuan karaangan kitab sejarah pada
awalnya hanya untuk mengambil kisah teladan paraa pendahulu mereka. Hal itu
mereka ambil dari sumber pertama, yakni Al-Qura’an. Dengan itu, maka tidak heran
apabila sejaraah yang muncul pada awalnya berisi tentang berita penciptaan
Bumi, kisah para nabi, riwayat hidup nabi Muhammad. Dengan seperti itu, maka
munculah istilah seperti judul “Akhbar”,
Siyar, Maghazi, Tarikh, Futuh, dan
lain sebagainya.
Selain istilah-istilah yang tadi
disebutkan, masih banyak lagi istilah yang berkaitan dengan ilmu sejarah dalam
dunia Islam. Cendekiawan Muslim bahkan mengaitkan sejarah dengan ilmu-ilmu
lainnya. Namun sayangnya, hasil pemikiran cendekiawan muslim itu hanya tersisa
sedikit saja. Buku-buku hasil pemikiran itu hilang karena konflik yang tak
berkesudahan saat Hulagu Khan membumihanguskan Baghdan pada saat zaman Dinasti
Abbasiyah sekitar tahun 1258 M. Pada saat itu, buku-buku,
perpustakaan-perpustakaan, masjid-masjid dibakar tanpa sisa. Masih banyak
peristiwa politik yang menggagu kelangsungan hidup dunia islam, termasuk
konflik Syiah dan Sunni yang tak berkesudahan.
Dalam ilmu
sejarah Islam, ada dua factor yang menunjangnya. Dua hal tersebut adalah
Al-Qur’an dan Hadis.
Al-Qur’an
Al-Qur’an yang notabene adalah hukum pertama umat Islam sangat
memerintahkan penganutnya untuk mempelajari sejarah. Bahkan berapa ayatnya pun
tegas memerintahkan itu. Seperti dalam surat ke 30 ayat 9, yang berbunyi
“Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi ini sehingga mereka dapat melihat
bagaimana kesudahan (sejarah) orang-orang sebelum mereka”. Juga terkandung
dalam surat ke 59 ayat 18, yang berbunyi “Dan hendaklah seseorang itu
memperhatikan apa yang telah berlalu (sejarah) utuk masa depan mereka”.
Dengan itu menggambarkan bahwa al-Qur’an bukan hanya menggambarkan sejarah
manusia, akan tetapi banyak menyajikan kisah-kisah. Seorang Cendekiawan bahkan
pernah mengatakan dua pertiga al-Qur’an berisi tentang sejarah. Seorang ulama
ahli tafsir, Manna al-Qaththan membagi
kisah di dalam al-Qur’an kedalam tiga golongan:
1. Kisah usaha nabi, perkembangan
dakwah, dan sikap orang-orang yang menentangnya;
2. Kisah orang terdahulu yang
bukan golongan Nabi;
3. dan kisah-kisah yang
berhubungan dengan peristiwa dalam kehidupan Nabu Muhammad.
Para ahli sejarah muslim mengambil peristiwa sejarah dalam al-Quran tadi
semata-mata untuk mengambil I’tiba
Hadits
Al-Qur’an merupakan sumber hokum umat Islam yang masih bersifat umum. Oleh
karena itu, tugas nabi adalah memperjelasnya dengan Hadis. Hadis sendiri
berarti perkataan, perbuatan dan ketetapan nabi. Hadis sangat diperlukan untuk
menafsirkan al-Qura’an secara lebih jelas. Untuk itu, ulama dulu menciptakan
ilmu Hadis. Mengingat pentingnya hadis tadi, maka ulama-ulama banyak
berkeliling mencari hadis-hadis dan meriwayatkannya, untuk kemudian dikumpulkan
dan dibukukan.
Pembukuan hadis inilah yang menjadi perintis jalan menuju perkembangan ilmu
sejarah. Selain itu, dalam Ilmu Hadis juga ada yang disebut ilmu kritik hadis.
Dimana ilmu tersebut diciptakan untuk mengertahui apakah hadis itu asli atau
bukan. Hal tersebut juga mendasari munculnya metode kritik sejarah yang paling
awal.
Selain al-Qur’an dan Hadis, menurut Husain Nashshar terdapat factor-faktor
pendorong bangkitya gerakan sejarah lebih cepat. Factor tersebut antaralain:
1. Khalifah terdahulu membutuhkan
pengetahuan yang dapat menerangkan sejarah bangsa asing, seperti Persia dan
Romawi.
2. Orang Arab menulis peradaban
bangsanya untuk menunjukkan besarnya peradaban leluhur mereka dulu. Hal
tersebut beralasan karena seringya bangsa selain arab mengagungkan bangsanya
masing-masing.
3. Sistem pemerintahan dalam dunia
Islam. Hal itu diperlukan untuk mengetahui bagaimana dakwah islam tersebar. Hal
tersebut bermuara kedalam bagaimana caranya mereka meneliti ketetapan silsilah.
Karena itulah muncul penulisan sejarah yang dinamakan kiab Thabaqat.
4. Munculnya gerakan penulisan
buku-buku tentang ilmu baru. Contohnya dalam bidang sains dan teknologi.
5. Munculnya budaya baru
dalam bidang keilmuan Islam. Sebelum
islam masuk ke Arab, Orang Arab banyak menghafal silsilah mereka, tetapi
setelah islam masuk, Tulis menulis juga turut mewarnainya.
C. Posisi Ilmu Sejarah dalam Ilmu-ilmu Keislaman
Para cendikiawan muslim tidak sepakat apabila
ilmu sejarah di tempatkan sebagai ilmu dalam jajaran ilmu-ilmu lainnya karana pada saat periode
pengambil alihan pengetahuan Yunani,
sarjana Islam untuk pertamakalinya berkenalan dengan klasifikasi bermacam-macam cabang Ilmu pengetahuan.
Klasifikasi yang diambil oleh umat islam tidak mengambil tempat khusus bagi
sejarah bahkan Ibnu Khaldun yang yang dikenal luas sebagai ahli sejarah dalam
islam juga tidak menyebutkan sejarah sebagai bagian dari pembidangan ilmu yang
dilakukannya. Akan tetapi ada juga yang menentukannya sebagai bagian dari
bidang ilmu pengetahuan walaupun tidak di sepakati oleh para cendikiawan muslim
lainnya. Yaitu Ibnu nadim pada abad ke 10 dalam al fihrist membagi ilmu
yang berkembang pada masa nya menjadi 10 bagian besar dan menempatkan ilmu
sejarah pada bagian ketiga. Kemudian Al khawarizmi membagi ilmu menjadi dua
bagian besar. Ilmu-ilmu arab/keislaman dan ilmu ilmu diluar arab. Dia
menempatkan sejarah sebagi satu dari enam ilmu pengetahuan arab. Sementara itu
rasa’il ikhwan ashafa menempatkan ilmu sejarah sebagai bagian dari ilmu-ilmu
elementer sederajat dengan membaca, menulis, tata bahasa arab. Dan beberapa
ilmuanlainnya. Sedangkan al Zuhaili, ilmuwan muslim kontenporer menempatkan
ilmu sejarah sebagai bagian penting dalam ilmu-ilmu keislaman didalam bukunya. Marja’
al ulum alislamiyah dia menempatkan
Ilmu sejarah sejajar denagn Ilmu Alqur’an, Ilmu alhadits, teologi, fikqih.
Dari sekian banyak pendapat mengenai posisi
ilmu sejarah dalam jajaran ilmu-ilmu lainnya baik agama maupun umum pendapat
yang menyebutkan sebagai ilmu yang bersifat elementer mungkin yang lebih dominan. Terbukti sejarah
hanya masuk dalam bagian pendidikan dasar dan menengah Islam pada masa klasik
dan pertengahan.
D. Kegunaan dan Manfaat Historiografi
Terdapat kepentingan besar di dalam studi sejarah dan orientasinya.
Sebagaimana disebutkan diatas, penulisan sejarah sangat tergantung kepada unsur
penulis, latar belakang kebudayaannya, latar belakang tujuan penulisannya,
metode yang digunakan, dan aliran yang diikuti sejarawan dan sebagainya.
Sehubungan dengan kajian terhadap
historiografi Islam, ada beberapa faidah yang dapat ditarik:
1. Untuk mengetahui pandangan, metode penelitian, dan metode penulisan sejarah
yang dilakukan para sejarawan muslim di masa silam, sehingga dapat dilakukan
kajian kritis terhadap karya-karya sejarah mereka.
2. Untuk mengenal sumber sejarah Islam. Banyak di antara karya sejarawan
muslim di masa silam sekarang merupakan sumber primer. Karya-karya itu di
antaranya adalah :
a. Kitab-kitab Khuthath
b. Kitab-kitab al-Thabaqat
c. Kitab-kitab al-Jughrahiyyah
d. Kitab-kitab al-Rihlah
e. Kitab-kitab yang berhubungan dengan al-Qishash
al-Sya’biyyah
f. Kitab-kitab al-Adab (sastra)
g. Kitab-kitab al-Fiqh
h. Kitab-kitab al-Hisbah (peradilan
pasar)
Karya-karya seperti itu merupakan
sumber-sumber primer dalam rangka penulisan sejarah Arab-Islam pada masa klasik
dan pertengahan. Untuk mendapatkan sumber-sumber yang benar di antara sumber-sumber yang
banyak di anggap “primer” itu. Karena karya-karya primer sejarah tidak
seluruhnya sampai kepada kita, yang kita temukan hanya fragmen-fragmen yang
terpencar-pencar diberbagai karya-karya sekunder. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha
mengumpulkan fragmen-fragmen dan menyusunnya kembali utnuk kepentingan
mendapatkan bentuk yang mendekati karya aslinya. Hal ini berarti bahwa
diperlukan penulisan ulang bagi materi-materi sejarah yang ditemukan, khususnya
yang berkenaan dengan tiga abad pertama Hijrah dan mengembalikannya seperti
aslinya, sebuah usaha yang berat, rumit, dan membutuhkan waktu yang lama.
0 Response to "Historiografi Islam"
Post a Comment